Cara Modern untuk Tingkatkan Produksi Jamu
Para produsen jamu tradisional di Cilacap mulai menerapkan tekhnologi tepat guna dalam proses produksi jamu. Hasilnya, selain produksi meningkat, jamu yang dihasilkan pun lebih higienis. Karena ulah segelintir produsen jamu yang mencampur produk jamu dengan bahan kimia obat serta memproduksi tanpa izin, citra beragam merk jamu asal Cilacap, Jawa Tengah, tercoreng dalam beberapa tahun belakangan ini.
"Seolah-olah semua produsen jamu asal Cilacap menambahkan bahan kimia obat agar khasiatnya cepat terasa setelah diminum konsumen. Padahal, cara ilegal itu sebenarnya hanya dilakukan oleh beberapa gelintir produsen jamu yang kebetulan berada di Cilacap," cetus Munfarid, pengurus Koperasi Jamu (Kopja) Aneka Sari, Cilacap. Akibat pendiskreditan tersebut, lanjut dia, banyak produsen jamu yang gulung tikar.
Dulu, jumlah anggota Kopja Aneka Sari mencapai 836 produsen, namun kini setelah citra para produsen jamu Cilacap tercoreng, jumlah produsen jamu hanya 257 orang. Kondisi itu jelas mempengaruhi roda perekonomian masyarakat setempat serta produktifitas tenaga kerja. Pasalnya, satu produsen jamu tradisional biasanya memperkerjakan 10 sampai 20 karyawan. "Bisa dibayangkan berapa ratus orang yang harus kehilangan pekerjaan lantaran ulah segelintir produsen jamu ilegal," kata Munfarid dengan nada kesal.
Untungnya, tidak semua produsen patah arang menghadapi berbagai tudingan miring tentang kualitas jamu asal Cilacap itu. Bahkan, salah satu dari mereka berusaha bangkit dengan tetap menjaga kemurnian jamu serta menerapkan teknologi tepat guna yang diperkenalkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Tatang Mulyadi, produsen jamu di Desa Gentasari, Kecamatan Kroya, Cilacap, merupakan salah seorang produsen yang menjaga kemurnian resep jamu dari leluhurnya. Pria berumur 31 tahun itu dipercaya mengelola perusahaan jamu Sumber Alami yang diturunkan dari Suparmin, kakek buyutnya.
Tatang memproduksi jamu dengan menggunakan tanaman-tanaman lokal yang berkhasiat sebagai obat sebagai bahan bakunya. Beberapa jenis tanaman itu, antara lain temulawak, temu ireng, kapulaga, sambiloto, pala, cabai jawa, kumis kucing, keji beling, daun sirih, kedawung, kayu manis, kencur, dan jahe emprit.
Untuk membuat jamu pegal linu dan penambah nafsu makan, semua bahan baku tersebut diolah secara manual dengan cara ditumbuk. Tatang juga menerapkan teknologi penepungan biji-bijian atau bahan rempah-rempah. Namun, mesin-mesin pembuat serbuk jamu yang ada di pasaran kapasitasnya sangat terbatas.
Menurut dia, semula jumlah produksi jamu dengan menggunakan mesin yang beredar di pasaran untuk membuat jamu pegal linu dan penambah nafsu makan hanya 50 kilogram per hari. Namun, kapasitas produksi itu bertambah setelah dia mendapatkan pembinaan dari LIPI lewat program IPTEK di Daerah (Iptekda) 2009.
Program tersebut memfasilitasi teknologi tepat guna yang sudah teruji (well proven) untuk mengolah jamu, mulai dari tahap pengeringan bahan baku, penepungan, hingga pengemasan. Bahkan, melalui program itu para produsen jamu dibina mengenai persoalan administrasi dan keuangan. "Kini, perusahaan saya mampu memproduksi jamu sampai satu kuintal per hari," ujar Tatang.
Proses Pembuatan
Lebih lanjut, Tatang menjelaskan proses pembuatan jamu diawali dengan pencucian semua bahan baku. Lalu, bahan baku itu dirajang tipis-tipis agar kandungan airnya cepat diuapkan selama proses pengeringan. Proses pengeringan dilakukan dengan bantuan mesin pengering bertenaga listrik karya perekayasa LIW. Mesin itu memiliki spesifikasi tenaga 1 horse power (hp), kapasitas 15 kilogram per siklus, blower 0,5 hp, dan tungku pemanas.
Menurut Dalmasius Ganjar S, perekayasa LIPI, mekanisme kerja mesin pengering tersebut berawal dari sumber listrik yang menggerakkan tabung silinder stainless berkapasitas 15 kilogram per siklus dalam kecepatan tertentu. Sumber listrik tersebut juga menghidupkan blower yang berfungsi menyalurkan sumber panas dari tungku. Sedangkan sumber pemanas dari tungku bisa menggunakan bahan bakar kayu atau gas.
Selama ini, kata Tatang, proses pengeringan masing-masing bahan baku jamu itu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Penyebabnya, kadar air antara tanaman-tanaman obat itu juga memiliki perbedaan. Namun, satu hal yang pasti, proses pengeringan itu lebih cepat ketimbang memanaskan bahan baku di bawah terik Matahari.
Untuk mengeringkan 15 kilogram temulawak dengan mesin pengering, misalnya, membutuhkan waktu hanya sekitar 25 menit. Apabila dikeringkan dengan menggunakan sinar Matahari, maka kapan pastinya bahan baku tersebut kering tidak bisa ditentukan. Hal itu dikarenakan pemanasan di bawah terik Matahari sangat bergantung pada kondisi cuaca.
Setelah bahan baku kering, proses selanjutnya ialah memasukkannya ke dalam mesin penepung. Dalmasius menerangkan mesin penepung bertenaga listrik yang dirancang LIPI memiliki spesifikasi bertenaga 5. hp, berkapasitas 100 kilogram per siklus, humer mill berbahan baja amutit, dan memiliki ruang separator atau pemisah bahan baku kasar dan lembut.
Pengoperasian alat penepung itu dengan dengan cara memasukan bahan baku jamu yang sudah kering ke dalam suatu alat penampung. Selanjutnya, bahan baku disalurkan ke ruang penghancur (humer mill) yang berputar 2.800 revolutions per minute (rpm). Kemudian bahan baku yang hancur tersebut akan tersedot ke dalam ruang separator.
Untuk bahan baku yang berukuran 80 sampai 100 mesh langsung dikeluarkan dalam bentuk serbuk. Sedangkan bahan baku yang berukuran lebih besar dari 100 mesh oleh separator dikirim lagi ke ruang penghancur. Di sisi lain, bahan baku berukuran lebih kecil dari 80 mesh disalurkan ke ruangan penangkap debu. "Hasil serbuk jamu yang diolah dengan mesin penepung LIPI itu lebih lembut dari pada ketika ditumbuk dengan tangan," klaim Dalmasius.
Seusai melakukan penepungan bahan baku jamu, tambah Dalmasius, tahapan selanjutnya ialah pembuatan formula jamu untuk berbagai macam tujuan, semisal jamu pegal linu dan jamu sehat. Pembuatan formula itu juga dilakukan dengan bantuan mesin pencampur (mixing) agar semua komposisi jamu menjadi homogen.
Menurut Dalmasius, mesin pencampur itu memiliki spesifikasi yang cukup sederhana, yaitu terdiri dari wadah pencampur berkapasitas 15 kilogram yang digerakkan tenaga 0,5 hp. Wadah pencampur terbuat dari bahan stainless untuk memenuhi standar kebersihan dan hygienis. Alhasil, produk jamu yang dihasilkan juga terjamin kebersihan dan kehigienisannya.
ANALISA PENJELASAN DAN PEMBENARAN KALIMAT
1. Para produsen jamu tradisional di Cilacap mulai menerapkan teknologi tepat guna dalam proses produksi jamu.
-> Para produsen jamu tradisional mulai menerapkan tekhnologi tepat guna
S P
dalam proses produksi jamu di Cilacap
Ket. Tempat
2. Hasilnya, selain produksi meningkat, jamu yang dihasilkan pun lebih higienis.
Keterangan S P Ks
Hasilnya merupakan preposisi. Sebaiknya dihilangkan.
-> Selain produksi meningkat, jamu yang dihasilkan pun lebih higienis.
3. Karena ulah segelintir produsen jamu yang mencampur produk jamu dengan
Induk Kalimat
bahan kimia obat serta memproduksi tanpa izin, citra beragam merk jamu
Anak Kalimat
asal Cilacap, Jawa Tengah, tercorengdalam beberapa tahun belakangan ini.
Kalimat diatas merupakan Kalimat Majemuk, karena memiliki induk dan anak kalimat
4. Tatang memproduksi jamu dengan menggunakan tanaman-tanaman lokal yang berkhasiat sebagai obat sebagai bahan bakunya.
Penggunaan kata sebagai tidak efektif. ‘Nya’ digunakan sebagai pengganti objek (Tatang).
-> Tatang memproduksi jamu dengan menggunakan tanaman-tanaman lokal yang berkhasiat sebagai bahan baku obatnya.
5. Tatang juga menerapkan teknologi penepungan biji-bijian atau bahan
S P Pelengkap
rempah-rempah.
Kalimat diatas merupakan ‘Kalimat Majemuk Setara’, karena memiliki konjugsi ATAU
6. Apabila dikeringkan dengan menggunakan sinar Matahari , maka kapan pastinya
Anak Kalimat Anak Kalimat
bahan baku tersebut kering tidak bisa ditentukan.
Kata ‘Maka’ diatas sebaiknya dihilangkan agar kalimat tersebut menjadi induk kalimat dan merupakan kalimat majemuk
-> Apabila dikeringkan dengan menggunakan sinar Matahari , kapan pastinya
Anak Kalimat Induk Kalimat
bahan baku tersebut kering tidak bisa ditentukan.
7. Pengoperasian alat penepung itu dengan dengan cara memasukan bahan baku jamu yang sudah kering ke dalam suatu alat penampung.
-> Alat penepung (itu) dioperasikan dengan cara memasukkan bahan baku
S P Keterangan Kerja
jamu yang sudah kering ke dalam suatu alat penampung.
8. Setelah bahan baku kering, proses selanjutnya ialah memasukkannya ke dalam
Induk Kalimat Anak Kalimat
mesin penepung.
Kalimat diatas merupakan Kalimat majemuk, terdapat Konjugsi ‘Setelah’ diawal kalimat. Dan diketahui Induk Kalimat beserta Anak Kalimatnya.